Aku bernama Bella. Aku berumur 10 tahun. Aku masih duduk dikelas lima Sd. Aku tinggal bersama ayah, mama, kakak dan nenekku. Aku dirumah bersama nenekku dan kakakku, karena kedua orang tuaku bekerja. Aku disekolah duduk bersama Putri. Putri anak yang baik, ramah dan sopan. Rumahku dan Putri berdekatan.
Aku pulang sekolah bareng dengan Putri. Aku pulang sekolah jam 12 siang. Sepulang sekolah aku ingin kerumah Putri untuk belajar bersamanya. Aku pulang terlebih dahulu kerumahku, aku berganti pakaian dan aku berbicara kepada nenekku.
“nek, aku ingin pergi kerumah Putri untuk belajar bersama, ya ?” tanyaku
“yasudah, tapi pulangnya jangan terlalu sore ya ?” kata nenek
“baiklah.” Jawabku
Aku pergi kerumah Putri, aku menuju rumahnya dengan berjalan kaki. Aku berjalan dengan hati yang riang. Aku pun tiba didepan rumah Putri, aku memanggil Putri.
“Putri... Putri” teriakku
“iya Bell, tunggu sebentar ya !” jawab Putri. Suaranya terdengar dari lantai atas.
“oke” jawabku
Tak lama kemudian dia datang membukakan pintunya.
“ayo, silahkan masuk Bell !” kata Putri
“oh. iya”
“kita belajar bersamanya dilantai atas saja ya ?” tanya Putri
“oh, baiklah” jawabku
Aku berjalan menyusuri anak-anak tangga. Aku pun tiba dilantai atas. Aku duduk diatas lantai yang telah digelari karpet.
“ayo, kita mulai belajar bersamanya” ajak Putri
“ayoo” kataku smabil tertawa
Kami mulai belajar dengan pelajaran Matematika karena kebetulan sekali ada tugas yang harus kami kerjakan, yang dikumpulkan besok. Setelah mengerjakan tugas Matematika, kami melanjutkan dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Kami mengerjakan tugas yang belum diberikan, agar kalau nanti diberikan tugas tersebut, kami sudah mengerjakannya.
Setelah belajar Putri mengajakku bermain.
“Bell, kita main boneka barbie, yuk ?” tanya Putri
“ayo, tapi jangan terlalau lama ya ? aku tidak boleh pulang terlalu sore oleh nenekku” kataku
“oh. Iya, kita akan main sebentar saja kok.”
Kami pun bermain boneka barbie, tak terasa hari pun mulai sore.
“Putri, hari mulai sore. Aku pulang, ya ?” tanyaku
“oh, baiklah.” Jawab Putri
“sampai bertemu besok, ya ?” kataku
“iya”
Keesokan hari, bel pulang pun berbunyi. Aku memasukkan buku-bukuku kedalam tas, tetapi Putri sudah tidak ada disampingku. Setelah selesai aku pun bergegas keluar kelas, aku tidak melihat Putri diluar. Aku mencarinya. Dan aku menemukannya, dia menghampiriku. Aku kesal mengapa dia tidak menungguku.
“maaf ya Bell. Aku lupa menunggumu” kata Putri
“gak tau deh” jawabku dengan nada yang keras
“ya ampun. maaf ya, Bell” Putri memohon
Aku bergegas pergi meninggalkannya dengan menghentak-hentakan kaki.
Sesampai dirumah, aku masuk ke kamar. Aku berpikir mengapa aku semarah itu tadi ? aku begitu kesal dengannya. Mengapa dia meninggalkanku seperti itu ? sahabat macam apa yang meninggalkan sahabatnya sendiri. Dan aku pun tertidur.
Hari berikutnya disekolah, aku tidak menyapa Putri. Aku dan dia saling berdiam diri. Aku masih kesal dengannya. Akhirnya Putri mengajakku berbicara.
“maaf ya, Bell, soal yang kemarin” kata Putri dengan nada menyesal
Aku tidak menjawab. “maaf banget ya, Bell. Aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu”
Aku masih diam. Akhirnya bel istirahat pun berbunyi, aku bergegas keluar dan meninggalkannya tanpa mengatakan apapun kepada Putri.
Aku terus berdiam diri sampai bel pulang berbunyi. Aku berjalan meninggalkannya. Aku pulang sendiri, tidak bersama Putri. Karena aku masih sangat kesal dengannya.
Aku dan Putri tetap terus saling berdiam diri. Saat jam istirahat tiba, aku tidak bermain dengan Putri. Aku bermain dengan teman yang lain, yang bernama Wulan. Aku mengobrol dengannya.
“Bella, kamu tidak bersama Putri ? kok aku perhatikan kamu dan dia dikelas saling diam-diaman sih ? ada apa sebenarnya ?” tanya Wulan dengan rasa ingin tahu
“oh, tidak apa-apa kok” jawabku singkat
“kamu bohong ya ? ayolah, ceritakan padaku !” kata Wulan masih dengan rasa ingin tahu
“baiklah, aku ceritakan padamu. Aku hanya agak kesal dengannya” jawabku
“oh, di kiraku ada apa. Hehe” kata Wulan
Bel istirahat pun berakhir. Aku dan Wulan segera memasuki kelas. Aku agak canggung duduk dengan Putri tetapi saling diam seperti ini. Habis mau diapakan lagi. Seperti biasa aku tetap berdiam diri dengannya sampai bel pulang sekolah pun tiba. Hari-hariku sekarang biasa-biasa saja, aku tidak main keluar. Aku pergi keluar hanya untuk sekolah dan les bahasa Inggris.
Pada hari Minggu, saat kedua orang tuaku ada dirumah. Orang tua bertanya tentang Putri.
“Bella. Mama perhatikan akhir-akhir ini kamu kok tidak pernah bermain kerumah Putri lagi ?” tanya Mamaku
“oh. Tidak apa-apa kok ma” jawabku
“masa sih ? biasanya kamu kan selalu kerumah Putri atau Putri yang kesini. Ada apa sih ? kok tidak biasanya seperti ini.” kata mama
“tidak ada apa-apa kok ma”
“kamu dan Putri sedang bertengkar, ya ?” tanya mama
“hmm. Mungkin bisa dibilang seperti itu ma”
“memangnya kenapa bisa bertengkar seperti itu ?” tanya mamaku lagi
“mama mau tahu saja sih. Sudah ah” kataku sambil bangkit dan pergi meninggalkan mamaku
Seminggu berlalu, tetapi aku dan Putri tetap seperti itu terus. Sebenarnya aku sudah bisa memaafkannya. Dan aku pun ingin aku dan Putri seperti dulu, bersama-sama terus.
Esoknya aku jatuh sakit, aku terserang penyakit DBD. Aku dirawat inap dirumah sakit. Terasa membosankan sekali berada disana. Tanpa teman, tanpa bermain dan hal-hal lain yang menyenangkan.
Banyak sekali yang menjengukku, tetapi tetap saja aku merasa bosan sekali berada disana.
Aku sudah hari disini, saat siang hari aku sedang menonton TV. Aku mendengar ada yang datang menuju ruanganku. Aku kira itu suster yang ingin mengecek keadaanku, tetapi yang datang Putri. Aku terkejut melihatnya datang kesini. Kukira dia tidak akan datang, ternyata aku salah sangka. DIA DATANG. Aku senang sekali dia datang menjengukku kesini.
“Halo Bella. Bagaimana Keadaanmu ?” tanya Putri
“sudah lebih baik kok” jawabku
“oya, maafkan aku ya, soal yang waktu itu” kata Putri dengan nada bersalah
“sudahlah, tidak perlu dipikirkan lagi. Aku sudah tidak memikirkan hal itu kok. Aku juga minta maaf ya, karena aku sudah marah kepadamu. Seharusnya aku tidak seperti itu.” kataku
“iya, kita saling memaafkan ya ?”
“iya. Hehe. Kita akan seperti dulu lagi kan ?” kataku dengan nada riang
“iya, Bell” sambil tersenyum
Aku terus mengobrol dengan Putri. Aku sangat merindukan saat-saat seperti ini, karena aku sudah lama sekali tidak berbicara bersama Putri seperti ini. Besoknya aku telah pulang kerumah, dan memulai aktivitasku seperti biasa. Dan terus bersama Putri, seperti dulu.